Powered By Blogger

Rabu, 18 Maret 2015

Hari Raya Nyepi CARU (Tawur)Kesucian dan keharmonisan alam semesta ini.

Caru adalah kurban suci yaitu upacara yadnya yang bertujuan untuk keseimbangan para bhuta sebagai kekuatan bhuwana alit maupun bhuwana agung sebagaimana disebutkan dalam kanda pat butha sehingga dengan adanya keseimbangan tersebut berguna bagi kehidupan ini.

Caru yang dalam sejarahnya disebutkan diawali dari terjadinya kekacauan alam semesta yang mengganggu ketentraman hidup sebagai akibat dari godaan-godaan bhuta kala, sehingga Hyang Widhi Wasa menurunkan Hyang Tri Murti untuk membantu manusia agar bisa menetralisir dan selamat dari godaan-godaan para bhuta kala itu sehingga mulailah timbul banten “Caru” sebagaimana disebutkan dalam mitologi caru ini. 

Dan dijelaskan pula bahwa, Caru (Mecaru; Pecaruan; Tawur) sebagai upacara yadnya yang bertujuan untuk keharmonisan bhuwana agung (alam semesta) dan bhuwana alit agar menjadi baik, indah, lestari sebagai bagian dari upacara Butha Yadnya,

Dengan demikian, upacara mecaru adalah aplikasi dari filosofi Tri Hita Karana, seperti yang disebutkan dalam Lontar Pakem Gama Tirta, agar terjadi keharmonisan.

Upacara pecaruan ada yang dilakukan dalam bentuk kecil sehari-hari, disebut Nitya Karma, sedangkan upacara pecaruan disaat tertentu (biasanya lebih besar) disebut Naimitika Karma.

Jenis-jenis Caru dan Tawur:

Dalam Lontar Dewa Tattwa membedakan jenis-jenis Caru dan Tawur sebagai berikut:
  1. Yang diadakan bila ada kejadian tertentu misalnya: bencana, bencana alam, hama penyakit, gerhana matahari, huru-hara, perang, dll.
  2. Yang diadakan: sehari-hari, hari tertentu, sasih (bulan) tertentu, dan warsa (tahun) tertentu.
  3. Yang diadakan disuatu tempat: pekarangan, rumah, pura, sanggah, Banjar, Desa Adat, seluruh pulau (Bali), seluruh dunia, danau, laut, hutan, gunung, dll.
  4. Mengikuti upacara pokok Panca Yadnya.
Dalam Lontar Dewa Tattwa dibedakan pula antara Caru dan Tawur.

Yang termasuk Caru : 
Yang termasuk Tawur: 
Semua beburon / hewan sebelum diupacarai dimandikan terlebih dahulu kemudian dikenakan kain menurut warna pengider-ider disertai kalungan uang kepeng manut urip.

Alat-alat yang ikut diupacarai: blakas, golok, taledan, lumpyan, pane, lesung, tungku, talenan, payuk, ilih, siut, sendok, katikan sate, cubek. Juga disertai lakar base genep.

Penggunaan hewan dalam Caru dan Tawur (Lontar Sudamala dan Lontar Kala Tattwa)
  • Ayam manca warna, masing-masing untuk: putih – Bhuta Janggitan, biying – Bhuta Langkir, siungan – Bhuta Lembu Kania, hitam – Bhuta Taruna, brunbun – Bhuta Tiga Sakti
  • Ayam biying kuning, untuk Bhuta Jingga **)
  • Ayam ijo, untuk Bregala-Bregali, Bebai
  • Ayam Ijo, untuk  Bhuta Ijo ***)
  • Ayam klawu, untuk Bhuta Ireng ****)
  • Ayam wangkas, untuk Bhuta Lambukan *)
  • Angsa putih, untuk Korsika
  • Asu bang bungkem, untuk Bhuta Hulu Kuda
  • Banteng, untuk Bhuta Ijo ***)
  • Bawi palen,untuk Mahakala
  • Bebek belang kalung, untuk Panca Mahabhuta
  • Bebek bulu sikep, untuk Bhuta Lambukan *)
  • Godel, untuk: Gargha, Kapragan, Mrajapati.
  • Kambing coklat/kuning, untuk Maitri, Kamala-Kamali, Kala Sweta, Banaspati
  • Kambing coklat, untuk Bhuta Jingga **)
  • Kambing selem, untuk Kurusya, Banaspati Raja
  • Kambing sewarna, untuk tapakan Bhatara Di Sanggah Tawang
  • Kebo yusmerana, untuk Bhuta Ireng ****)
  • Kidang, untuk Kalika-Kaliki, Yaksa-Yaksi, Dengen, Anggapati
  • Manjangan, untuk Bhuta Ijo ***)
  • Penyu (punggalan), sampelan kebo, sampelan kambing, untuk pelengkap catur niri
  • (Tanda bintang artinya ada Bhuta yang sama memerlukan beberapa binatang kurban untuk di-“somya”)

Olahan hewan (beburon) menurut Lontar Dharma Caruban sebagai tuntunan ngebat.
  • Kinelet melayang-layang: kepala, kaki, ekor, dan kulit utuh.
  • Winangun urip: letak hewan tertelungkup dan ada unsur-unsur tulang rusuk, tulang punggung, tulang kaki dan tulang ekor.
  • Urab/Reramesan barak dan putih: berisi daging, lidah, hati, lemak, kulit, darah (kalau reramesan barak) Getih matah: darah segar yang ditampung di sebuah kau ketika menyembelih hewan, diiisi lontar nama hewannya.
  • Sate (jejatah) lembat, asem, dan calon disebut Trinayaka sebagai persembahan tubuh hewan termasuk dengan aksara suci Ang – Ung – Mang.
  • Gayah: punggalan bawi, winangun urip, mejatah katikan senjata Dewata Nawa Sanga, ditambah mejatah katikan-katikan: bagia, orti, surya candra, tunjung, cempaka, pidpid, sapudaki, konta, japit dumi, oret-oret, satuh, don, jerimpen, ancak, penyeneng, sandat, endongan, satuh, bingin.
Bahan-bahan Upakara dalam Pecaruan
(Lontar Sudamala)
Bahan-bahan upakara dalam pecaruan terdiri dari tiga jenis:
  • Mataya; bahan dari tumbuh-tumbuhan: daun, bunga, buah, pohon, biji-bijian, umbi-umbian, arak berem, tuak.
  • Mantiga; hewan yang lahir dua kali (melalui telur): ayam, bebek, angsa, burung.
  • Maharya; hewan yang lahir satu kali (tidak melalui telur) dan berkaki empat: babi, sapi, kerbau, kambing, anjing.
Penempatan warna bulu hewan caru mengacu pada kedudukan Panca Korsika dan Bhuta, disesuaikan dengan warna bulu hewan itu. Hal ini juga disebutkan dalam ephos Mahabharata, ketika Dewi Kunti hendak mengorbankan Sahadewa untuk “nyupat” Panca Korsika.

Makna simbol warna dalam Upacara Pecaruan (Lontar Dewa Tattwa)
Warna-warna: bulu hewan, kober, tumpeng, kelungah, dangsil, sanganan, nasi, beras, bunga, benang, dll mengikuti warna pengider:
  • Sweta (putih), 
  • Dumbra (merah muda), 
  • Rakta (merah), 
  • Rajata (oranye), 
  • Pita (kuning), 
  • Syama (hijau), 
  • Kresna (hitam), 
  • Biru (abu-abu), 
  • dan sarwa suwarna (campuran)
Warna-warna itu selain sebagai identitas para dewa yang menjaga keseimbangan, juga sebagai simbol berbagai sifat yang ada dalam diri manusia:
  • Putih: suci; 
  • Merah-muda: kesucian yang ternoda oleh kemarahan; 
  • Merah : marah; 
  • Oranye: marah karena nafsu tak terpenuhi; 
  • Kuning: nafsu; 
  • Hijau: serakah; 
  • Hitam: iri-hati; 
  • Abu-abu: iri-hati yang terselubung.
Dari 9 warna yang ada, hanya 1 (warna putih) sebagai simbol sifat baik yang bisa dikalahkan oleh warna lain simbul keburukan.

Oleh karena itu warna putih dibanyakkan dengan tepung beras yang dirajah pada banten Rsi Gana.

Dengan demikian sifat-sifat buruk asubha karma manusia diusahakan di-”somiya” melalui pecaruan sehingga Asuri Sampad (sifat keraksasaan) dapat berubah menjadi Daiwi Sampad (sifat kedewataan)

Urip Wewaran pada caru dan tawur 
(Lontar Warigha Bhagawan Gargha)

Penggunaan urip wewaran / neptu pada caru yang dasarnya panca wara, karena sesuai dengan mitologi panca korsika, yakni: :
  • Umanis urip 5 di timur, 
  • Paing urip 9 di selatan, 
  • Pon urip 7 di barat, 
  • Wage urip 4 di utara, 
  • dan Kliwon urip 8 di tengah. 
Jumlah urip panca wara = 33 juga sesuai dengan jumlah Dewa menurut Satha Pata Brahmana dimana para Dewa diyakini berperan menjaga keselamatan bhuwana agung.

Penggunaan urip pada tawur pada dasarnya membentuk padma bhuwana (lingkup bhuwana agung menurut pengider-ider) maka digunakan asta wara, dimana urip panca wara diatas ditambah dengan:
  • Guru urip 8 di tenggara, 
  • Rudra urip 3 di barat daya, 
  • Kala urip 1 di barat laut 
  • dan Sri urip 6 di timur laut. 
Jumlahnya = 18 dimana secara matematis total digit: 1 + 8 = 9 (jumlah pengider-ider dewata nawa sanggha)
Urip Wewaran tersebut digunakan dalam banten caru / tawur untuk antara lain jumlah :  tumpeng, reramesan, sate, tangkih, jinah, dll. Demikian dijelaskan dalam Dokumen Forum Diskusi Jaringan Hindu Nusantara. 

Penggunaan binatang kurban pada caru, sebagaimana disebutkan dalam salah satu komentar forum diskusi Bhakti Manawa Wedanta, penggunaan binatang ini sangat menentukan nama dan tingkatan banten caru tersebut. Misalnya caru Eka Sata menggunakan ayam brumbun atau lima warna. Caru Panca Sata menggunakan lima ekor ayam.

Pemakaian binatang dan tumbuh-tumbuhan sebagai sarana upacara Yadnya telah disebutkan dalam Manawa Dharmasastra V.40. Tumbuh-tumbuhan dan binatang yang digunakan sebagai sarana upacara Yadnya itu akan meningkat kualitasnya dalam penjelmaan berikutnya. 


Manusia yang memberikan kesempatan kepada tumbuh-tumbuhan dan hewan tersebut juga akan mendapatkan pahala yang utama. Karena setiap perbuatan yang membuat orang lain termasuk sarwa prani meningkat kualitasnya menjadi perbuatan yang sangat mulia. Perbuatan itu akan membawa orang melangkah semakin dekat dengan Tuhan. 

Karena itu penggunaan binatang sebagai sarana pokok upacara banten caru bertujuan untuk meningkatkan sifat-sifat kebinatangan atau keraksasaan menuju sifat-sifat kemanusiaan terus meningkat menuju kesifat-sifat kedewaan.

Dalam memaknai caru, menurut “lontar Carcaning Caru” jenis-jenis caru yang disebutkan Caru ayam berumbun ( dengan satu ekor ayam ), Caru panca sata ( caru yang menggunakan lima ekor ayam yang di sesuaikan dengan arah atau kiblat mata angin ), Caru panca kelud dengan caru yang menggunakan lima ekor ayam di tambah dengan seekor itik atau yang lain sesuai dengan kebutuhan upacara yang di lakukan, dan Caru Rsi Gana.

Banten caru berfungsi sebagai pengharmonis atau penetral buwana agung (alam semesta), di mana caru ini bisa dikaitkan dengan proses pemlaspas maupun pangenteg linggihan pada tingkatan menengah (madya). Usia caru ini 10-20 tahun, tergantung tempat upacara. Penyelenggaraan caru juga dapat dilaksanakan manakala ada kondisi kadurmanggalan dibutuhkan proses pengharmonisan dengan caru sehingga lingkungan alam kembali stabil.

Demikianlah caru ini disebutkan dan dilaksanakan untuk keharmonisan alam semesta ini.

baliguide.

ARTIKEL MANTRA






            Mantra adalah sebuah suara, suku kata, atau sekumpulan suara, dan dikenal karena getarannya.Mantra juga dapat diartikan sebagai sebuah teman yang membantu pikiran terpusat dan perlahan-lahan membingbing dalam kesunyian yang kusyuk. Matra merupakan pembimbing yang akan meminpin seseorang menembus tingkat keberadaan dan akhirnya penyatuan antara individu dan penyatuan kosmis.
            Mantra adalah pola gabungan kata-kata bahasa Veda yang diidentikkan dengan dewa atau dewi tertentu.Mantra-mantra yang ada sekarang adalah warisan yang kita dapatkan dari para Maharsi, orang suci, sadhu dan yogi yang telah mempraktekan berbagai mantra itu selama ribuan tahun, kini menuntuk kita untuk mengikuti jejak ajaran beliau.Mantra adalah sejumblah huruf, kata yang dijadikan satu.

Pembagian Mantra
1.      Santikarana
2.      Vasikarana
3.      Stambhana
4.      Viddhesana
5.      Ucchattan
6.      Maran

 Jenis-jenis Mantram
Ada bermacam-macam jenis mantram, yang secara garis besarnya dapat dipisahkan menjadi Vedik mantram, Tantrika mantram dan puranik mantram.Lalu setiap bagian ini selanjutnya dibagi menjadi Sattwika, rajasika dan tamasika mantram.

Pengucapan Mantra Japa
Waikaram Japa
Manasika Japa
Likhita japa

           

I.                   Pendahuluan
Mantram atau “mantram” yang biasa juga disebut puja, yang merupakan suatu doa, berupa kata atau rangkaian kata-kata yang bersifat magis religious yang ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa. Mantram juga biasanya juga berisi permohonan dan atau puji-pujian atas kebesaran, kemahakuasaan dan keagungan Tuhan yang Maha Esa.
Kata “mantra” berhubungan dengan kata Bahasa Inggris “man”, dan kata Bahasa Inggris “mind” dan “mental”, yang diambil dari kata latin “ments” (mind), yang berasal dari kata Yunani “menos”, “mens”, “metal”,“mind”, dan kata mantra diambil dari akar kata kerja Sansekerta “man”, yang berarti “untuk bermeditasi”. Ia memiliki pikiran yang ia meditasi. Ia berkosentrasi pada kata sebuah “mantra” untuk “meditasi”.
Sumber mantra.Mantra adalah suara yang berisikan perpaduan suku kata dari sebuah kata.Jagat raya ini tersusun dari satu energi yang berasal dari dua hal, yaitu dua sinar yaitu suara dan cahaya. Dimana yang satu tidak akan bisa berfungsi tanpa yang lainnya, terutama dalam ruang sepiritual. Uni suara yang disebut dengan mantra bukanlah mantra yang didengar dari telinga; semua itu hanyalah manisfestasi fisikal.Dalam keberadaan meditasi yang tertinggi, dari seseorang telah menyatu dengan Tuhan, yang ada dimana-mana, yang merupakan sumber dari semua pengetahuan dan kata.Bahasa filsafat India, menyebutkan sabda Brahman, kata-kata Tuhan.Senua pengetahuan tersedia bagi orang yang spiritual untuk dicapai dan diketahui. Dari sini kesadaran muncul dan menyentuh permukaan interior pikiran yang berhadapan dengan sang diri bukan merupakan indra-indra dan bagian dari dunia.
Permukaan interior ini disebut dengan antah karana, pemikiran yag intuitif. Disini sinar kesadaran mengalir dan dari spiritual mengsilkan getaran mental.Pikiran bercampur dengan kesadaran yang bagaikan cahaya kilat. Dan pada momen mikro, yang sangat halus seperti keseluruhan buku weda atau semua ke 330 juta mantra mungkin akan muncul. Saat pengetahuan muncul dari keadaan buddhi kepermukaan luar, pikiran rasional menjadi pikiran verbal.Vaikhari oleh ahli tata bahasa dan para ahli fisafat, sebuah kata berbeda.Ini hanyalah tahap pertama dari kata-kata terselubung pada frekwensi kata yang paling rendah.
Para ahli Agama bahkan mengatakan bahwa mantram dapat menghalau berbagai macam bencana, rintangan maupun penyakit dan merupakan cara yang terabit untuk mencapai tujuan. Mantram juga dikatakan sebagai lading energi atau energi illahi (Tuhan) yang sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup umat manusia. Dengan mantram , maka akan dihasilkan getaran energi Tuhan sesuai dengan mantram yang diucapkan. Oleh karena itu setiap bersembahyang umat hindu sebaiknya mengucapkan mantram yang sisesuaikan dengan tempat dan waktunya. Namun jika tidak memahami mantram yang dimaksudkan, mereka dapat dersembahyang dengan  bahasa yang paling dipahami.
Umat Hindu disarankan memahami dan mampu paling tidak mengucapkan Mantram atau Puja Trisandya dan Kramaning Sembah, dua jenis mantram yang amat diperlukan waktu bersembahyang .

II.                 Pembahasan
2.1 Jenis-jenis Mantram
Ada bermacam-macam jenis mantram, yang secara garis besarnya dapat dipisahkan menjadi Vedik mantram, Tantrika mantram dan puranik mantram.Lalu setiap bagian ini selanjutnya dibagi menjadi Sattwika, rajasika dan tamasika mantram. Mantram yang diucapkan guna pencerahan, sinar, kebijaksanaan, kasih saying Tuhan  tertinggi, cinta kasih dan perwujudan Tuhan, adalah sattwika mantra, dan mantra yang diucapkan guna kemakmuran duniawi serta anak cucu, merupakan rajasika mantra, sedangkan mantra yang diucapkan guna mendamaikan roh-roh jahat atau menyerang orang lain ataupun perbuatan-perbuatan kejam lainnya adalah tamasika mantra, yang penuh dosa dan perbuatan demikian yang mendalam disebut warna-marga atau ilmu hitam.
Mantram juga dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 1). Mantr, yang berupa sebuah daya pemikiran yang diberikan dalam bentuk beberapa suku kata atau kata, guna keperluan meditasi, dari seorang guru; 2). Stotra, doa pada dewata, yang dapat dibagi lagi menjadi; (a). bersifat umum dan (b). bersifat khusus. Stotra umum guna kebaikan umum yang harus dating dari Tuhan sesuai dengan kehendakNya, sedangkan do’a-do’a dari seorang pribadi kepada Tuhan untuk memenuhi beberapa kainginan khususnya; (3).Kawaca, atau mantra yang dipergunakan sebagai benteng perlindungan.

2.2              Pengucapan Mantra Japa
1.                  Waikaram Japa
Merupakan melaksanakan japa dengan cara mengucapkan mantram japa berulang-ulang, teratur dan ucapan mantram itu terdengar oleh orang lain.
2.               Upamasu japa
Merupakan melaksanakan japa dalam hati secara teratur, berulang-ulang, mulut bergerak, namun tidak terdengar oleh orang lain.
3.               Manasika Japa
Merupakan melaksanakan japa didalam hati, mulut tertutup rapat, teratur, berulang-ulang, kosentrasi penuh, tidak trdengar oleh orang lain.
4.               Likhita japa
Melaksanakan japa dengan menulis berulang-ulang mantra japa di atas kertas atau kitab tulis, secara teratur, berulang-ulang dan khusuk.( Watra, 2006:8)
2.3       Pembagian Mantra
7.      Santikarana
Mantra-mantra dalam kelompok ini berisikan berbagai mantra untuk penyembuhan berbagai penyakit dan menghapus pengaruh buruk berbagai planet.
8.      Vasikarana
Dengan menggunakan mantran-mantra ini, anda bisa membuat wanita, laki-laki, pegawai, menteri, dewata, roh halus, binatang dan sebagainya dibawah kendali anda atau menuruti perintah anda.


9.      Stambhana
Mantra-mantra ini berisikan segala hal yang ada hubungannya dengan hubungan manusia, sebagaimana seperti yang dijelaskan diatas, untuk menghentikan mereka melakukan kejahatan, atau berlagak kepada anda.
10.  Viddhesana
Mantra-mantra yang digunakan untuk memisahkan sebuah hubungan, antara dua orang atau lebih.
11.  Ucchattan
Mantra-mantra ini erisikan kekuatan untuk mengacau pikiran musuh atau lawan atau orang tertentu agar mereke tidk berani mendekati sebuah Negara, tanah kelahiran, tempat tinggal, rumh, pekerjaan dan anggota keluarga.ini juga digunakan untuk kepentingan dimana seorang sadhaka menginginkan seseorang agar berseteru dengan orang lain.
12.  Maran
Ini adalah jenis mantra yang membawa kematian pada orang lain dalam jarak jauh tanpa diketahui identitas yang melakukannya. mantra-mantra ini ada di dalam purana, kitab Hindu, Islam dan Buddha. Pengikut agama lainnya boleh juga menggunakannya, tentu saja bisa mereka terapkan.
Mantra dasar yang harus digunakan sehari-sehari oleh sadhaka dan menuntut pada siddhi yang segera adalah seperti yang diberikan di bawah ini:
1. Om Namah Sivaya
2. Om Namo Narayana Namah
3. Om Namo Bhagawate Vasudevaya namah
Ini adalah mantra-mantra yang digunakan dalam Japa dan Upasana untuk mencapai Samadhi.Penggunaan yang tidak benar dari mantra-mantra ini sangat tidak diperkenankan.

2.4       Mantra untuk kegunaan tertentu
1.      Stambhana Mantra
Adalah mantra-mantra yang dengan mengucapkannya anda bisa menghentikan tindakan musuh, lawan atau pesaing yang menciptakan masalah.melalui mantra-mantra ini anda bisa mengendalikan tindakan musuh yang tidak anda senangi. Ada mantra untuk tujuan tertentu.
“Om Namo Bhawagawate Satrunam  Buddhi Stambhanam Kuru Kuru Swaha”.

2.      Santi Mantra
Santi mantra digunakan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit menghilangkan pengaruh roh-roh halus dan juga berbagai planet.
1)  Untuk kesehatan
Mnatra-mantra dibawah ini hendaknya ditiupkan sebanyak tiga kali dalam air minum..kemudian airnya diminum. Mantra:
            “Om Aham Vaisvanara Bhutva Praninam Dahamaksitah
            Pranapana Samayuktah Pacamyannam Caturvidham”

2)  Untuk mencegah terjadinya aborsi
Jika seoraang wanita bisa hamil dan aborsi karena alas an tertentu, maka mantra ini penting digunakan untuk masalah ini.
“ Punamsam Pamtra Janaya Tam Pumananu Jayatam Bhavati Putranam    Mata Jatanam Javayasyam Yan”

3)  Untuk kelahiran anak laki-laki
Ini adalah sebuah mantra yang ampuh dan teruji, yang dinyatakan sebagai mantra yang digunakan oleh Dewa Siva dan Parvati untuk bisa mendapatkan seorang anak laki-laki.
            “Om Hrim Hrim Putram Kuru Kuru Swaha”
            Wanita yang menginginkan anak laki-laki hendaknya mengulang-ulang mantra mini di bawah pohon mangga pada sebuah tempat yang sepi. Mantra ini bisa diucapkan didepan patung  Siva dan Parvatisebanyak 108 kali setiap hari sebanyak 21 hari secara terusmenerus.

4)  Untuk menyembuhkan bisul dan jerawat
            Mantra adalah:
            “Om Kharamana Ki Tenisaha Khuni Badi Domnom
Jaya Umato Umato Cala Cala Svaha”

Tiupkan mantra ini tiga kali dan basulah tempat yang terkena bisul atau  jerawat dengan air ini. kemudian ambil benang katun merah sebanyak 7 utas. kemudian tiup kembali mantra diatas sebanyak 21 kali lalu ikatkan pada ibu jari kaki. Maka bisul atau jerwat akan tersembuhkan.
5)   Untuk penyembuhan Epilepsi
            Jika seseorang menderita penyakit Epilepsi, tulislah mantra ini pada seuah Bhuja putra (kulit kayu suci) dengan asta ganda dan berikan pada pasien sebagai jimat. Maka perlahan ia akan tersembuhkan.
“ Hala Haraa Saragam Mamdika Pudika Sri Rama Phumka Mrgi Vayu Sukhai Om Thah Thah Swaha”. (Chawdhri. 2003: 139-143)


III.             Penutup
3.1  Jenis-jenis Mantram yaitu:
1.      Waikaram japa
2.      Upamasu japa
3.      Manasika japa
4.      Likhita japa
3.2   Bagian Mantra
1.      Santikarana
2.      Vasikarana
3.      Stambana
4.      Viddhesana
5.      Ucchattan
6.      Maran


 Mahadewi